Berpikir Probabilistik - infosarjana/ Berpikir Probabilistik - infosarjana

Berpikir Probabilistik

       Soen (1997) menyatakan bahwa Piaget dan Inhelder (1975) adalah peneliti pertama yang mempelajari pengembangan ide peluang pada anak-anak. Menurut mereka, konsep probabilitas sebagai sekumpulan ide formal hanya berkembang selama tahap operasional formal, yang terjadi sekitar usia empat belas tahun. Pada usia itu, anak-anak dapat berpikir probabilistik tentang berbagai kondisi keacakan. Dalam suatu percobaan yang dilakukan oleh Piaget dan Inhelder menunjukkan bahwa anak-anak memiliki pemahaman intuitif tentang peristiwa probabilistik bahkan sebelum mereka diajarkan secara formal.

       Drier (2000) mengungkapkan bahwa dalam upaya untuk menggambarkan bagaimana siswa mengembangkan pemikiran probabilistik, Piaget dan Inhelder mengusulkan tiga tahap model perkembangan kognitif. Dalam tahap pertama (di bawah 7 tahun), mereka percaya seorang anak tidak bisa membedakan antara peristiwa yang diperlukan (akan terjadi) dan kemungkinan (bisa terjadi) karena konsep mereka masih lemah. Pada tahap kedua (7 sampai 14 tahun), seorang anak bisa mengenali perbedaan antara kejadian yang perlu dan mungkin, tapi tidak bisa sistematis menghasilkan daftar semua hasil yang mungkin untuk suatu kejadian. Dengan demikian, Piaget dan Inhelder meyakini bahwa siswa dalam tahap ini belum dapat membuat model percobaan probabilitas dan mengekspresikan kemungkinan hasil sebagai rasio. Pada tahap ketiga (lebih dari 14 tahun), mereka mengemukakan bahwa seseorang akan mengembangkan keterampilan penalaran 11 kombinatorik untuk menganalisis situasi probabilitas dan dapat mendaftar hasil yang mungkin. Namun, kinerja siswa menekankan pada konsep peluang dasar, pengembangan konsep yang spontan, dan tidak memperhitungkan intervensi pembelajaran atau pengalaman anak.

       Fischbein dalam penelitiannya menyatakan bahwa anak-anak memiliki pemahaman pra-konseptual tentang frekuensi relatif dan peluang secara intuitif, dan bahwa transformasi intuisi ini ke dalam konsep operatif peluang dapat dimediasi melalui intervensi pembelajaran. Fondasi intuitif yang dimaksud Fischbein mengacu pada pengalaman sosial anak dan konsep yang tertanam dalam pemikiran anak-anak sebelum pembelajaran peluang (Drier, 2000).

       Fischbein dan Schnarch (1997) melalui penelitiannya mencoba menjelaskan efek berpikir intuitif terhadap pembelajaran peluang. Ia menegaskan bahwa ada intuisi utama yang terkait dengan pengalaman pribadi yang muncul sebelum pembelajaran dan intuisi sekunder yang muncul melalui pengaruh pembelajaran. Ia menemukan bahwa ide-ide intuitif, baik primer atau sekunder, sering mengakibatkan kekeliruan. Empat strategi yang paling umum digunakan didasarkan pada: 1) keterwakilan informasi yang diberikan, 2) ketersediaan informasi dari pengalaman pribadi siswa, 3) asumsi bahwa peristiwa sama-sama mungkin terjadi, dan 4) siswa hanya mencoba untuk memprediksi hasil masa depan. Para peneliti menemukan bahwa penalaran yang kurang tepat dapat mengakibatkan kesalahpahaman situasi probabilistik (Einhorn, 1982; Tversky & Kahneman, 1982; Konold, 1987; Lecoutre, 1992 dalam Drier, 2000).

       Para peneliti telah menyarankan sejumlah strategi untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar konsep peluang yang cenderung dipengaruhi oleh 12 pemikiran intuitif. Garfield dan Ahlgren (1988) berpendapat bahwa sebelum pembelajaran peluang, siswa harus memiliki pemahaman tentang rasio dan proporsi. Mereka harus memiliki keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi suatu konsep abstrak. Para guru perlu mengenali kesalahan umum dalam penalaran probabilistik siswa. Untuk mengenali kesalahan mereka, peneliti seperti Konold (1991) dan Fischbein & Schnarch (1997) menganjurkan penggunaan wawancara mendalam. Hal ini penting untuk membuat siswa menyadari bagaimana keyakinan dan konsepsi dapat mempengaruhi keputusan probabilistik. Melalui wawancara dengan beberapa siswa, Soen (1997) menemukan bahwa memprediksi terjadinya suatu peristiwa bisa berarti menanyakan apakah peristiwa itu pasti terjadi. Namun siswa kesulitan dalam mengkomunikasikan semua penafsiran ini melalui bahasa numerik. Anda telah membaca Berpikir Probabilistik

Belum ada Komentar untuk "Berpikir Probabilistik"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel