Model Pembelajaran Problem Posing atau Pembentukan Soal
Model Pembelajaran Problem Posing
Menurut Iskandar (2004) pembentukan soal adalah padan kata Bahasa Indonesia untuk dua kata Bahasa Inggris yaitu problem posing. Problem berarti masalah atau soal dan posing berasal dari kata to pose yangartinya mengajukan atau membentuk. Ada dua usulan lagi untuk problem posing yaitu membuat soal dan pengkonstruksian masalah. Pembentukan soal adalah padan kata yang diusulkan oleh As'ari.Arifin (1995) menyebutkan bahwa salah satu kesulitan pembelajaran dalam'memahami ilmu kimia adalah ketidakmampuan mereka bekerja dengan angka-angka. Ditinjau dari struktur pembelajarannya yang menugaskan pebelajar membentuk soal, Strategi PembentukanSoal dapat diangkat menjadi pendekatan yang tepat untuk mengkaji pokok bahasan dalam ilmu kimia yang melibatkan operasi matematika. Penelitian-penelitian tentang keefektifan Strategi Pembentukan Soal menunjukkan temuan bahwa strategi tersebut meningkatkan kemampuan berfikir matematis .
Baca Juga:
Teori Belajar yang Mendasari Strategi Pembentukan Soal
Dilihat dari struktur pembelajarannya, Strategi Pembentukan Soal terdiri dari pembelajaran berpusat pada pengajar (teacher centered instruction) dan pembelajaran berpusat pada pebelajar (student centered instruction). Dapat disebutkan bahwa bagian pembelajaran yang berpusat pada pengajar mengacu kepada Teori Behaviorisme. Teori ini menekankan perubahan tingkah laku setelah terjadi proses belajar pada diri pebelajar (behavior : tingkah laku) setelah proses belajar terjadi di dalam diri pebelajar. Sedangkan bagian pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (studentcentered instruction) mengacu kepada Teori Konstruktivisme.
Prinsip penting di dalam Teori Konstruktivisme adalah pebelajar harus membangun sendiri pengetahuannya secara aktif (to construct : membangun). Pengajar dapat membantu proses ini dengan memberi kesempatan melalui struktur pembelajaran.. Prinsip lain yang tidak kalah pentingnya adalah dalam mengkonstruksi pengetahuan pebelajar memerlukan interaksi dengan obyek baik yang bersifat konkret maupun abstrak, tergantung pada tahap manakah pebelajar berada. Dalam Strategi Pembentukan Soal obyek yang dimaksud di atas merupakan kondisi yang diberikan kepada pebelajar untuk membentuk soal. Menurut Brown dan Walter (1993) dalam Suprayitno (2002) kondisi untuk pembentukan soal dapat berupa gambar, benda manipulatif, permainan, konsep / teori, atau soal. Kemudian Stoyanova (1996) dalam Suprayitno (2002) menyebutkan soal dapat diklasifikasi jadi 3 (tiga) golongan yaitu kondisi bebas, semi terstruktur dan terstruktur. Kondisi bebas berarti pengajar memberi kebebasan sepenuhnya kepada pebelajar untuk membentuk soal sebab tidak ada kondisi yang harus dipatuhinya. Kondisi semi terstruktur berarti pebelajar diberi kondisi terbuka kemudian pebelajar diminta untuk menyelidiki kondisi tersebut dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.
Selain itu pebelajar harus mengaitkan kondisi itu dengan prinsip matematika untuk membentuk soal. Kondisi terstruktur adalah bila pebelajar diberi data/informasi yang biasa diberi label “Diketahui" untuk membentuk soal. Pebelajar juga perlu berinteraksi dengan sesama pebelajar di dalam proses membangun pengetahuan juga merupakan prinsip lain yang tak kalah pentingnya. Hal ini sesuai dengan prinsip dalam Teori Konstruktivisme yang mengatakan bahwa konstruk pengetahuan terjadi dalam interaksi sosial. Prinsip ini diterapkan dalam Strategi Pembentukan Soal pada waktu pebelajar menukarkan soal yang dibentuknya dengan pebelajar yang lain dan mendiskusikannya. Dalam proses ini terjadi kegiatan tutor sebaya secara timbal balik, yaitu apabila terjadi satu pebelajar tidak dapat menyelesaikan soal dari kawannya, maka sipembuat soal menjelaskan dan membantu, demikian pula sebaliknya.
Aspek psikologis
Aspek psikologis yang menunjang implementasi Strategi Pembentukan Soal dapat diuraikan sebagai berikut. Pokok bahasan dalam ilmu kimia ada yang melibatkan hitungan atau operasi matematika, misalnya Stokiometri. Dalam pembelajaran pokok bahasan tersebut secara konvensional pada umumnya pengajar meminta pebelajar untuk mengerjakan soal-soal baik di LKS, buku, maupun di papan tulis secara bergiliran. Moses et al (1993) menyatakan bahwa situasi seperti ini menimbulkan rasa cemas yang besar pada diri pebelajar. Bagi pebelajar yang berkemampuan rendah bahkan menimbulkan dampak negatif yang lebih parah yaitu rasa phobi terhadap ilmu kimia. Sebaliknya dalam penerapan Strategi Pembentukan Soal rasa cemas seperti itu tidak terjadi sebab yang membuat soal adalah temannya sendiri, dan bila soal tersebut sulit untuk dipecahkan maka pembuat soal akan menjelaskannya.Anda telah membaca Model Pembelajaran Problem Posing atau Pembentukan Soal
Belum ada Komentar untuk "Model Pembelajaran Problem Posing atau Pembentukan Soal"
Posting Komentar